Akulturasi Budaya Lokal dan Agama Islam dalam Menyambut Muharram: Studi Kasus Tradisi Tabot di Kota Bengkulu

Authors

  • Eka Gustiana Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama Republik Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.36052/andragogi.v12i1.332

Keywords:

acculturation, Bengkulu, Muharram, Tabot

Abstract

Religiosity is in the context of expression in welcoming the coming of the month of Muharram, as in Bengkulu province, there is a celebration of a Muharram called Tabot. This study aims to determine the influence of local culture and Islam on the welcoming of the month of Muharram in the Tabot tradition in the city of Bengkulu. This research is a descriptive qualitative data collection method that uses library research techniques. In the truest sense of the word, the Tabot ceremony has become a performing art, a cultural integration between the indigenous people. Population and the Bengali Indians have gone well. Tabot in Bengkulu can survive and thrive because of the seven elements directly or indirectly involved: Tradition Implementing Family (Keluarga Pelaksana Tradisi or KPT) of Tabot, Family Harmony of Tabut (Kerukunan Keluarga Tabut atau KKT), Bengkulu Local Government, DPRD Bengkulu, arts and culture activists, and business people. Tabot in Bengkulu has become a work, creation, and taste in the community. This culture answers part of the culture of Bengkulu community members to regulate their environmental conditions according to their knowledge.  As a culture, Tabot has a complex set of values and norms. These include knowledge, beliefs, arts, morals, laws, and customs.

(Keberagamaan dalam konteks ekspresi dalam menyambut datangnya bulan Muharram seperti pada provinsi Bengkulu terdapat perayaan satu muharram yang disebut Tabot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alkuturasi budaya lokal dan agama Islam dalam menyambut bulan Muharram pada tradisi Tabot di kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif Data dikumpulkan dengan mengandalkan teknik library research atau penelitian kepustakaan. Upacara Tabot sudah menjadi semacam seni pertunjukan dalam pengertian yang sesungguhnya. Integrasi budaya yang terjadi antara penduduk pribumi dengan India Bengali telah terbaur dengan baik Tabot di Bengkulu mampu bertahan dan berkembang dikarenakan adanya tujuh unsur yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, yakni, Keluarga Pelaksana Tradisi (KPT) Tabot, Kerukunan Keluarga Tabut (KKT), Pemerintah Daerah Bengkulu, DPRD Bengkulu, pegiat seni dan budaya, pelaku ekonomi sektor informal, pebisnis. Tabot di Bengkulu sudah menjadi semacam hasil karya, cipta dan rasa warga masyarakat. Kebudayaan ini menjawab bagian dari budaya warga masyarakat Bengkulu untuk mengatur kondisi lingkungannya sesuai dengan pengetahuannya. Sebagai sebuah kebudayaan, Tabot mempunyai nilai dan norma yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat.)

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, I. (2008). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ainiyah, Q., & Mardani, A. M. (2019). Akulturasi Islam dan Budaya Lokal (Studi Kasus Tradisi Sedekah Bumi di Desa Karang Ploso Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang). Jurnal Qolamuna, 4(2), 231–248. https://ejournal.stismu.ac.id/ojs/index.php/qolamuna/article/view/137

Alisyahbana. S. T. (1975). Perkembangan Sejarah Kebudayaan di Indonesia Dilihat dari Jurusan Nilai. Jakarta; Yayasan Idayu.

Ajawaila, J. (2003). Identitas Budaya: Aku dalam Budaya Lokal, Budaya Nasional dan Budaya Global (Dialog Budaya, Wahana Pelestarian dan Pengembangan kebudayaan Bangsa. Jakarta: CV. Mitra Sari

Am, H., Wahyuninto, L., & Zanita, E. (2022). Kontestasi dan Reintegrasi Nilai-nilai Islam pada Tradisi Tabot: Studi Hubungan Perayaan Tabot dengan Kesadaran Mitigasi Bencana di Bengkulu. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena Agama, 23(1), 76–94. https://doi.org/10.19109/jia.v23i1.13023

Dahri, H. (2009). Tabot: Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu. Jakarta: Penerbit Citra.

Fadly. M.A. (2008). Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak, Nusa Tenggara Barat: STAIIQH.

Feener, R. M. (1999). Tabut: Muharram Observances in the History of Bengkulu. Studia Islamika, 6(2). https://doi.org/10.15408/sdi.v6i2.732

Hariadi, R. D. (2014). Inventarisasi Perlindungan Budaya Bengkulu Tabut. Padang: Kemendikbud Padang.

Japarudin. (2021). Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Tabot. Yogyakarta: Samudra Biru.

Japarudin, J. (2017). Tradisi Bulan Muharram di Indonesia. Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, 2(2), 167–180. https://doi.org/10.29300/ttjksi.v2i2.700

Junaid, H. (2013). Kajian Kritis Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal. Jurnal Diskursus Islam, 1(1), 56–73. https://doi.org/10.24252/jdi.v1i1.6582

Kartomi, M. (2012). Tabut: A Shi’a Ritual Transplanted from India to Minangkabau’s North Coast. Dalam M. Kartomi (Ed.), Musical Journeys in Sumatra. Oxford: University of Illinois Press. https://doi.org/10.5406/illinois/9780252036712.003.0004

Kurniawan, S., & Jamiah, R. (2023). Ritual Tabot Provinsi Bengkulu sebagai Media Dakwah antar Budaya. Jurnal Komunikasi dan Budaya, 3(2), 112–118. https://doi.org/10.54895/jkb.v3i2.1854

Sirajuddin, M. (2012). ‘Urf dan Budaya Tabot Bengkulu. Millah: Journal of Religious Studies, xi(2), 579–606. https://doi.org/10.20885/millah.volxi.iss2.art12

Sutrisno, I. S., & Ahmadiansah, R. (2008). Islam dan Budaya Jawa. Solo: Taujih

Megayanti, S., & Elcaputera, A. (2019). Analisis Kearifan Lokal Masyarakat Bengkulu dalam Festival Tabot berdasarkan Receptio in Complexu Theory. AL IMARAH: JURNAL PEMERINTAHAN DAN POLITIK ISLAM, 4(2), 111–125. https://doi.org/10.29300/imr.v4i2.3645

Rafiek, M. (2014). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Robert H. L. (1995). Perspective of Social Change (New Haven and London). London: Yale University Press.

Rochmiatun, E. (2015). Tradisi Tabot pada Bulan Muharram di Bengkulu: Paradigma Dekonstruksi. Tamaddun: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam, 14(2), 179–188. https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/131

Rohimin. Poniman, Samsudin, Thadi, R., & Mathori, A. (2017). Masuk dan Berkembangnya Islam di Provinsi Bengkulu. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Rohimin, Zubaedi & Musmulyadi. (2004). Pengaruh Nilai-nilai Budaya Lokal serta Kehidupan Beragama di Bengkulu dalam Harmoni Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta: Balitbang Depag RI.

Rosidi, A., Asnawati, Kustini, Nuh, N. M., Ulum, R., Reslawati, … Eko, Z. (2017). Dimensi Tradisional dan Spiritual Agama Hindu (I. N. Y. Segara, Ed.). Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan.

Widiana, N. (2015). Akulturasi Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi “Nyumpet” di Desa Sekuro Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Jurnal Ilmu Dakwah, 35(2), 286–306. http://doi.org/10.21580/jid.35.2.1611

Downloads

Published

2024-06-26